Warga
pamekasan mungkin sudah terbiasa melihat antrian panjang kendaraan yang
memuat tembakau di depan beberapa gudang tembakau yang ada di kota ini.
Seperti yang sehari-hari terlihat di sepanjang arah timur jalan jokotole
dan jalan sumenep kota pamekasan. Maklumlah, waktu-waktu sekarang ini
merupakan musim panen tembakau. Dan pedagang tembakau setia mengantri
sampai berjam-jam jika ingin tembakaunya laku. Tak jarang pula, antrian
ini mengular dan waktu antrian bertambah hingga berhari-hari.
Dahulu, tembakau Madura
disebut-sebut sebagai daun emas karena tanaman inilah yang menjadi
andalan petani Madura untuk meraup untung besar. Dahulu pula, pedagang
tembakau merasakan nikmatnya pundi-pundi uang karena tidak jarang hasil
panen tembakau mereka dibeli dengan harga yang tinggi. Tetapi kini, daun
emas hanya tinggal cerita.
Belum lama ini, sebuah televisi
lokal Madura menayangkan berita tentang seorang petani asal kecamatan
tlanakan yang mengamuk menebangi tanaman tembakaunya padahal sudah siap
panen. Kejadian ini dipicu oleh rendahnya harga jual tembakau yang tiap
tahunnya semakin menurun. Setiap musim tanam tembakau, petani harus
mengeluarkan biaya yang tinggi untuk pembelian pupuk dan membayar
pekerja. Biaya ini bisa mencapai jutaan rupiah dan petani harus menjual
tembakaunya dengan harga yang sesuai jika ingin modal biaya tanam ini
kembali.
Tetapi pada kenyataannya, musim
tanam tembakau kini bahkan menjadi bumerang bagi petani Madura.
Beberapa tahun terakhir, petani mengalami kerugian besar akibat turunnya
harga tembakau Madura. Tidak ada lagi cerita tentang indahnya musim
tembakau. Pada jaman keemasannya, tembakau menjadi komoditi andalan di
Madura apalagi musim tembakau berbarengan dengan diadakannya pasar malam
tahunan yang merupakan hiburan paling popular. Jika petani meraup
untung, masyarakat dapat menggunakan biasanya mendatangi hiburan pasar
mala mini berbondong-bondong dengan sanak saudara sebagai bentuk
perayaan atas tingginya harga tembakau.
Bahkan, di daerah lain provinsi
jawa timur seperti jember dan bondowoso, petani tembakau mengambil
langkah untuk melakukan aksi protes atas harga jual tembakau yang
levelnya berada di bawah rata-rata. Hal ini merupakan bentuk kekecewaan
petani karena petani tidak lagi mendapatkan hasil yang memuaskan.
Terkesan bahwa keberpihakan belum mengarah pada petani.
Dan kini, jangankan merayakan
bersama keluarga, sering sekali petani harus menambah jumlah utang atas
biaya tanam atau modal tanam yang tidak kembali. Tidak ada lagi cerita
tentang daun emas dari Madura dan daerah – daerah lainnya.
Sumber:
http://sejarah.kompasiana.com/2012/09/26/tembakau-madura-riwayatmu-kini/
0 comments:
Post a Comment