Sunday 30 September 2012

Tembakau Madura : Riwayatmu Kini

Warga pamekasan mungkin sudah terbiasa melihat antrian panjang kendaraan yang memuat tembakau di depan beberapa gudang tembakau yang ada di kota ini. Seperti yang sehari-hari terlihat di sepanjang arah timur jalan jokotole dan jalan sumenep kota pamekasan. Maklumlah, waktu-waktu sekarang ini merupakan musim panen tembakau. Dan pedagang tembakau setia mengantri sampai berjam-jam  jika ingin tembakaunya laku. Tak jarang pula, antrian ini mengular dan waktu antrian bertambah hingga berhari-hari. 

Dahulu, tembakau Madura disebut-sebut sebagai daun emas karena tanaman inilah yang menjadi andalan petani Madura untuk meraup untung besar. Dahulu pula, pedagang tembakau merasakan nikmatnya pundi-pundi uang karena tidak jarang hasil panen tembakau mereka dibeli dengan harga yang tinggi. Tetapi kini, daun emas hanya tinggal cerita.

Belum lama ini, sebuah televisi lokal Madura menayangkan berita tentang seorang petani asal kecamatan tlanakan yang mengamuk menebangi tanaman tembakaunya padahal sudah siap panen. Kejadian ini dipicu oleh rendahnya harga jual tembakau yang tiap tahunnya semakin menurun. Setiap musim tanam tembakau, petani harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk pembelian pupuk dan membayar pekerja. Biaya ini bisa mencapai jutaan rupiah dan petani harus menjual tembakaunya dengan harga yang sesuai jika ingin modal biaya tanam ini kembali.

Tetapi pada kenyataannya, musim tanam tembakau kini bahkan menjadi bumerang bagi petani Madura. Beberapa tahun terakhir, petani mengalami kerugian besar akibat turunnya harga tembakau Madura. Tidak ada lagi cerita tentang indahnya musim tembakau. Pada jaman keemasannya, tembakau menjadi komoditi andalan di Madura apalagi musim tembakau berbarengan dengan diadakannya pasar malam tahunan yang merupakan hiburan paling popular. Jika petani meraup untung, masyarakat dapat menggunakan biasanya mendatangi hiburan pasar mala mini berbondong-bondong dengan sanak saudara sebagai bentuk perayaan atas tingginya harga tembakau. 

Bahkan, di daerah lain provinsi jawa timur seperti jember dan bondowoso, petani tembakau mengambil langkah untuk melakukan aksi protes atas harga jual tembakau yang levelnya berada di bawah rata-rata. Hal ini merupakan bentuk kekecewaan petani karena petani tidak lagi mendapatkan hasil yang memuaskan. Terkesan bahwa keberpihakan belum mengarah pada petani. 

Dan kini, jangankan merayakan bersama keluarga, sering sekali petani harus menambah jumlah utang atas biaya tanam atau modal tanam yang tidak kembali. Tidak ada lagi cerita tentang daun emas dari Madura dan daerah – daerah lainnya. 

Sumber:
http://sejarah.kompasiana.com/2012/09/26/tembakau-madura-riwayatmu-kini/

0 comments:

Post a Comment