Thursday 4 October 2012

Kebutuhan Tembakau Berkurang

Kebutuhan pabrik rokok terhadap tembakau pada 2012 ini bakal menyusut. Karena itu petani di Kabupaten Probolinggo diingatkan untuk tidak berlebihan menanam tembakau jenis Paiton Voor Oogst (Paiton VO). Dikhawatirkan, dipicu panen dan harga tembakau 2011 yang bagus membuat petani berlomba-lomba semua menanam tembakau. Sehingga dampaknya harga jatuh dan tak terserap pasar karena over produksi.

“Saya khawatir tahun 2012 ini petani justru semakin bersemangat menanam tembakau karena dipicu panen tembakau 2011 lalu sangat bagus, padahal kebutuhan pabrik rokok menyusut,” ujar Ketua Asosisasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo, Mudzakir, Rabu (2/5) pagi tadi.

Informasi berkurangnya kebutuhan tembakau itu diperoleh Mudzakir dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Propinsi Jatim. “Kalau kebutuhan tembakau se-Jatim menyusut, ya jelas di Probolinggo juga termasuk,” ujar petani tembakau asal Desa Jatiurip, Kecamaan Krejengan, Kabupaten Probolinggo itu.

Informasinya, pada 2012 ini pabrik rokok diprediksi bakal menyerap 10.732 ton tembakau dari Probolinggo. Dengan kebutuhan tembakau seperti itu, setelah dikalkulasi maka rencana area tanam tembakau yang sesusai 8.943 hektare (Ha).

Sisi lain, pada 2011 lalu, Disbunhut Kabupaten Probolinggo mencatat, area tembakau terhampar 13.058 Ha. ”Karena hasil panen bagus, produksinya mencapai 16.459 ton, padahal target produksi hanya 14.119 ton,” ujar Mudzakir.

”Panen tembakau pada 2011 sangat bagus karena tanaman tidak tersentuh hujan,” ujar Penasihat APTI Kabupaten Probolinggo, Muzammil. Dikatakan pada 2010 panen tembakau ”hancur-hancuran” karena faktor musim kemarau basah (kemarau diwarnai hujan).

Produksi 2011 melimpah, enam gudang pembelian tembakau di Probolinggo menyerap tembakau petani, diantaranya PT Gudang Garam menyerap 2.000 ton, PT Sadhana Arifnusa 5.000 ton, PT Jaya Abadi (Djarum) 2.500 ton, PT Norojono (Daun Emas) 1.000 ton, PT Bentoel 925 ton, dan PT Sumber Rejeki 350 ton.

Di luar gudang milik pabrik rokok besar itu, sejumlah pabrik rokok kecil (kelas K-1000) juga menyerap 300 ton tembakau. Sebagian petani juga menjual tembakaunya di pasar-pasar tradisional.
Jika ditotal kebutuhan target pembelian tembakau dari pabrik rokok hanya 11.500 ton, padahal produksi total mencapai 16.459 ton atau ada selisih 4.959 ton. ”Atas desakan Pemda dan juga APTI, pabrik rokok yang telah tutup diminta tetap menyerap tembakau petani sampai habis,” ujar Mudzakir.

APTI mengaku khawatir, area tembakau pada 2012 ini semakin membengkak, demikian juga produksinya. ”Meski akhirnya tembakau terserap pasar, jika tembakau melimpah ya harganya jatuh. Ini hukum pasar,” ujarnya.

Petani yang sebelumnya tidak menanam tembakau pun diingatkan agar tidak latah menanam tembakau. Pihak Disbunhut juga diminta membatasi area tembakau di kawasan yang secara agroklimat memang cocok untuk tembakau.

Selama ini, sejak jaman Belanda, kawasan yang direkomendasikan untuk tanaman tembakau terhampar di tujuh kecamatan. Yakni, Kecamatan Paiton, Pakuniran, Kotaanyar, Besuk, Krejengan, Kraksaan, dan Kecamatan Gading. Namun setiap tahun area tembakau membengkak (dibandikan rencana), bahkan di luar tujuh kecamatan itu. isa



http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=aa2d7a1ea43c395f37a4e61d5cc10e9b&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

0 comments:

Post a Comment